INSTROPEKSI
DIRI 1.
Demi masa (Ashr). 2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, 3.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati
supaya menetapi kesabaran. (QS Al-'Asr 103) Detik
menjadi menit, menit menjadi jam; sehari, seminggu, sebulan, setahun..
waktu berputar tidak terasa. Belum lama rasanya kita musti bangun dini
hari untuk menunaikan ibadah sahur, dan insya Allah tidak lama lagi,
bulan Ramadhan yang penuh berkah tersebut akan kembali kita jelang.
Waktu kita masih SD, terbayang begitu lama waktu yang kita butuhkan
sampai SMA. Tapi begitu lulus SMA tak terasa waktu begitu cepat
terlampaui. "Pertambahan
usia setahun.. berarti pengurangan jatah hidup untuk ukuran waktu yang
sama" Satu
hal yang sering menjadi pertanyaan besar, adalah: "Apakah yang
telah kita lakukan pada masa-masa yang sudah terlewati tersebut???..
"
Kita
semua tidak pernah tau, sampai kapan jantung berhenti berdetak. Bila
sudah sampai waktunya, tak seorangpun bisa menolak/menunda.
Mereka
yang menyia-nyiakan umurnya akan menyesal se-lama2-nya.
Astaghfirullaahuladzim
"Semoga kita semua bukan termasuk org2 yang merugi"
Aamiin Ya Rabbal `Alamiin. Untuk
menghindari itu, kita perlu senantiasa mengadakan instropeksi diri,
menghitung-hitung amal perbuatan kita (dalam konotasi positif). Kita
tidak bisa mengulangi waktu yang sudah berlalu. Yang dapat kita lakukan
hanyalah mengambil hikmah or pelajaran dari kejadian masa lalu untuk
pelajaran di masa depan.
Bagaimana
cara kita meng-instropeksi diri atau bermuhasabah??? Mungkin akan sangat
tergantung pada pribadi kita. Tapi, cara-cara berikut ini saya harap
dapat dijadikan salah satu alternatif. 1.
Mungkin kita semua sudah pernah melihat atau membuat sendiri apa yang
disebut lembaran muhasabah.
Apakah
itu muhasabah hatian ataupun mingguan. Muhasabah harian kita gunakan
sebagai kontrol diri pada kegiatan2 atau ibadah2 yang rutin kita lakukan
setiap harinya. Shalat lima waktu, shalat sunat, membaca Al-Quran dan
tingkah laku sehari-hari dapat kita golongkan dalam versi ini. Berinfaq
mungkin dapat dimasukkan ke muhasabah mingguan. Peningkatan
potensi diri, usaha memperbaiki akhlaq dapat dimasukkan pada jangka
waktu yang lebih panjang. Dari hasil pengisian lembar muhasabah ini,
diharapkan kita dapat menilai dimana kekurangan kita, dimana kealpaan
kita sehingga dapat ditentukan langkah-langkah yang diambil selanjutnya. 2.
Saling Mengingatkan
Sering
kali kita mebutuhkan otang ketiga untuk mengingatkan kita. Sifat manusia
yang selalu "lupa" dan "cenderung tidak mengakui
kesalahan", sering menyulitkan instropeksi diri. Waktu kecil ada
orangtua yang selalu mengingatkan atau "memarahi".
Namun,
begitu hidup jauh dari orangtua kita butuh orang-orang disekitar kita
untuk menjadi pengontrol. Disini akan terasa betapa besar pengaruh
lingkungan terhadap diri kita.
Satu
perumpamaan yang sudah sering kita dengar: "Kalau dekat dengan
tukang las, akan ikut merasa panas"
Kadang-kadang
kita sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan
yang sama, namun tetap dilanggar. Itulah salah satu sebab mengapa
manusia perlu hidup berjamaah, agar dapat saling mengontrol dan
mengoreksi.
"Sesungguhnya
org2 yang tidak merugi itu adalah: ...yang nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran...
3.
Menuliskan fikiran-fikiran kita
Ada
kalanya ketika kita mendengar sesuatu hal, membaca sesuatu hal, atau
diberitakan sesuatu hal; hati kita menjadi tergerak pada saat itu.
Misalnya, ketika kita membaca salah satu ayat Al-Quran yang berbunyi:
"..Sampaikanlah olehmu walau satu ayat.." pada
momen tertentu akan menimbulkan tekad yang kuat dalam diri kita bahwa
kita akan istiqomah di jalan dakwah. Ada baiknya tekad-tekad atau
fikiran-fikiran seperti itu kita catat. Satu hal yang perlu diperhatikan
ialah kita musti berhati-hati dengan unsur riya dan ujub disana.
Ketika
beberapa tahun kemudian, kita membaca ulang catatan2 yang pernah kita
buat dan kita menemukan diri kita sudah teramat jauh melenceng dari
tekad yang pernah kita canangkan. Akan timbul rasa malu dan penyesalan
teramat dalam. Ternyata, bertambah usia tidak membuat diri kita
bertambah baik.
Insya
Allah, kita akan berusaha untuk menata ulang jalan yang seharusnya kita
tempuh. (ibid)
Artikel
ini hasil pilihan redaksi dari milis
#Mushola
|